Al-Muqaddimah

semua frasa + subjek + predikat + nahu + dengung + lughah + balaghah + saraf + harakat apekejadah dalam blog ni aku tulis sendiri dengan menggunakan kepala otak aku sendiri atau dari pusat sumber rujukan yang
dipercayai serta muktamar. kalau nak komen sangat dialu-alukan. tafaddhal. kalau nak kutuk sila pikir banyak kali dulu sebab makhluk lain pun akan baca kutukan kau. aku ade hak nak tulis apa aku suka. ini negara bebas dengan kebebasan bersuara... sila baca dengan minda dan hati yang terbuka dan bukan terlangkup. aku sekadar menyampaikan dakwah dan pesanan serta peringatan dengan caraku sendiri...

Kipas-Susah-Mati~

لا اله الا الله محمد رسول الله في کل لمحة ونفس عددما وسعه علم الله

Monday, September 19, 2011

aku sudah siap terima lamarannya

CINTA TAK SEMESTINYA MEMILIKI. '',)
wahai sahabat Nabi,kalian inspirasi diri. :)

Lelaki ini adalah Otak Strategi Perang “Parit”
Di Madinah, seorang Muslimah telah mengambil hatinya
Bukan sebagai KEKASIH….
Tapi sebagai sebuah PILIHAN..


Pilihan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.
Menikah.

Iya hanya Menikah, jalan itu…
Tapi Madinah adalah tempat asing untuknya…
Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya
Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang….
Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah
berbicara untuknya dalam khithbah…
Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.
”Subhanallaah.. wal hamdulillaah..”, girang Abud Darda’ mendengarnya
Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan.

Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah.

Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.

”Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.

”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.

”Maafkan kami atas keterus terangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman.

Namun jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar dari pada pelamarnya!

Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati.

Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.

”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”

Cinta memang tak harus memiliki…
Related Posts with Thumbnails
dah abis baca kan? dah.. sila la blah. tutup window ni kalau dah tak nak baca lagi. kalau nak baca naik atas balik. sekian. end of transmission. tuttttttt.....
back to top